Minggu, 19 Desember 2010

Semuanya adalah kasih karunia

Ada seorang petualang yang ingin sekali melihat pemandangan yang ada dibalik bukit. Karena pemandangan itu hanya bisa dilihat dari atas bukit saja maka petualang ini harus mendaki bukit tersebut untuk mewujudkan impiannya itu. Oleh sebab itu, petualang tersebut memutuskan untuk mendaki bukit tersebut. Ia mempersiapkan seluruh perlengkapannya (perlengkapan untuk mendaki termasuk makanan dan minuman). Setelah mempersiapkan semuanya, petualang tersebut memulai perjalanannya. Ia mendaki bukit tersebut perlahan-lahan, langkah demi langkah.Tiba-tiba dalam perjalanannya, ia menemui suatu rintangan yaitu batu-batu kerikil yang tajam, ia pun berpikir di dalam hatinya: “wah, jika aku melewati batu-batu kerikil yang tajam ini, maka kakiku akan terluka dan akan mengeluarkan darah….”, namun karena keinginannya yang begitu besar untuk melihat pemandangan dibalik bukit tersebut, maka ia pun meneruskan perjalanannya. Ia melewati kerikil-kerikil tajam tersebut (sudah tidak ada jalan lain), dan ketika ia telah melewatinya, timbul keheranan dicampur kebanggaan diri karena kakinya tidak lecet sedikitpun. Dengan penuh kebanggaan, ia melanjutkan perjalanannya. Di tengah perjalanan, ia kembali diperhadapkan dengan rintangan yaitu seluk belukar (pohon duri). Ia pun kembali berpikir: “kalau aku melewatinya, maka tubuhku akan tersobek-sobek dan akan mengeluarkan darah…”. Namun, ia dibangkitkan dengan pengalaman pertama melewati kerikil tajam. Pada rintangan yang kedua ini ia menganggap bahwa dirinya bisa, ditambah lagi dengan mengingat kembali keinginannya untuk melihat pemandangan dibalik bukit. Ia melanjukan perjalanannya, dan akhirnya ia melewati rintangan yang kedua tersebut. Dan sungguh terkejutlah dia ketika ia memperhatikan dan merasakan bahwa tidak ada goresan bahkan kesakitan di tubuhnya. Ia pun kembali merasakan kebanggaan. Dengan penuh rasa percaya diri, ia melanjutkan perjalanannya mendaki bukit tersebut, dan tiba-tiba ia bertemu dengan lembah yang curam, yang dipenuhi dengan batu-batu besar. Hanya jalan itu yang harus dilalui untuk sampai ke puncak bukit. Ia pun kembali berpikir: “apabila saya melewati batu-batuan ini, bisa saja aku tergelincir, jatuh dan tulang-tulangku menjadi remuk. Namun, karena keinginannya yang begitu besar untuk melihat keindahan pemandangan dibalik bukit, maka iapun melanjutkan perjalanannya. Ia melewati batu-batu besar tersebut, dan ……. Akhirnya ia tergelincir, namun apa yang terjadi? Ia tidak mengalami patah tulang, keadaannya baik-baik saja. Dengan penuh semangat, ia melanjutkan untuk mendaki puncak bukit tersebut.
Dan pada akhirnya ia tiba di puncak bukit, dan ia melihat apa yang ingin ia lihat, yaitu pemandangan yang begitu indah. Sambil menikmati pemandangan tersebut, tiba-tiba ia melihat sesosok orang di bawah sebuah pohon yang sedang tergeletak tak berdaya. Ia menghampiri orang tersebut dan mempertanyakan keadaannya: “apa yang terjadi dengan anda? Apakah anda tidak mampu melewati rintangan-rintangan tadi?? Kenapa tubuh anda dipenuhi dengan luka-luka, berdiri pun anda tidak sanggup, karena kaki dan tulang-tulangmu retak??? Dengan suara yang lembut, pria yang sekarat tersebut menjawab: “ketika kau melewati kerikil-kerikil yeng tajam, Aku menggendong engkau; ketika kau hendak melewati semak belukar, Aku memeluk engkau; dan ketika kau melewati batu-batuan besar dan kau tergelincir dan jatuh, Akulah yang menopang engkau”. Dengan seketika, petualang tersebut tercengang kaget dan mulai merenungkan betapa besar kasih dari sosok pria yang terluka tersebut. Ia adalah Yesus.
Hidup Adalah Anugerah

(Efesus 2:8-10)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar